Kamis, 11 Agustus 2016

DPP Golkar Tetapkan Ahmadi-Sarkawi Calon Bupati Bener Meriah

REDELONG. Partai Golongan Karya (GOLKAR) resmi mengusung balon Bupati dan wakil Bupati Bener Meriah periode 2017-2022 Ahmadi SE- Tgk Syarkawi sesuai dengan surat keputusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Golkar  No. B-506/Golkar/VII/2016, tertanggal 9 agustus 2016.

DPP Golkar bagian Kepala Bidang  Koordinasi Pemenangan Sumatra Utara-Aceh, Andi Sinolinggam. Mengatakan keputusan tersebut sudah disahkan dipusat untuk balon yang diusung Partai Golkar dan diikutsertakan untuk pengesahan melalui keputusan tentang Pemberitahuan Penetapan Pasangan Calon Kepala Daerah Kabupaten Bener Meriah periode 2017-2022 “ benar, keputusan itu tertuang dalam surat keputusan No. B-506/Golkar/VII/2016,” saat konfrensi pers ke awak media melalui sambungan seluler di Bandara Rembele, Bener Meriah, kamis (11/8).

Penetapan Ahmadi SE-Tgk Syarkawi sebagai balon Bupati Bener Meriah, merujuk kepada peraturan  rekrutmen calon kepala daerah yang tertuang dalam Juklak-13/DPP/GOLKAR/XI/2011, yang dilaksanakan melalui beberapa  tahapan yaitu: Tahap Persiapan, Penjaringan Nama Tokoh, Survei Awal, Seleksi Bakal Calon Intenal, Penguatan Elektabilitas.  Survei Kedua, Penguatan Elektabiltas Lanjutan Bakal Calon, Pendaftaran Bakal Calon, Verifikasi Bakal Calon, Penetapan Nominasi Bakal Calon. Serta Survei Akhir, Pemilihan dan Penetapan Calon Terpilih, Penentuan Pasangan Calon dan terakhir Pengesahan Pasangan Calon Kepala Daerah oleh DPP Partai GOLKAR.

Ahmadi yang sebelumnya mengajukan pengunduran diri dari kepengurusan DPD II Partai Golkar Bener Meriah, disebabkan Ketua DPD II Partai Golkar Bener Meriah Rusli M. Saleh berniat kembali menjadi calon incanbent. Setelah keputusan DPP Partai Golkar untuk mengusung Ahmadi sebagai balon bupati Bener Meriah, secara konstituante partai, keputusan mundurnya Ahmadi dinyatakan batal, “sebelumnya kita ingin mendaftar jalur independen, sehari sebelum pendaftaran ke KIP kita dipanggil DPP Partai Golkar untuk menjadi balon Bupati dan Wakil Bupati Bener Meriah,” ungkapnya.

Partai Golkar juga telah menetapkan balon Bupati  untuk 21 kabupaten/kota di Aceh, terkecuali Kota Banda Aceh dan Kota Langsa. Sedangkan, balon Gubernur Aceh  DPP Partai Golkar belum memberikan kepastian terkait pencalonan Gubernur di Aceh.(Muslim Arsani, belajar jadi wartawan)







Sabtu, 04 Juni 2016

Siti Kewe: Mantra Kopi Gayo

Siti Kewe: Mantra Kopi Gayo
*Oleh: Muslim Arsani
“Bismillah
Siti Kewe kunikahen ko orom kuyu
Wih kin walimu
Tanoh kin saksimu
Lo ken saksi kalammu”
(Bismilah
Siti Kawa kunikahkan engkau dengan angin
Air sebagai Walimu
Tanah sebagai Saksimu
Matahari sebagai Saksi Kalammu)
Merupakan mantra oleh para petani ketika menanam kopi di Dataran Tinggi Gayo. Kalimat ini adalah mantra yang di ucapkan ketika bibit-bibit kopi akan disemai untuk diharapakan menjadi sebuah pokok kopi yang kuat, yang mempunyai hasil panen melimpah serta memberikan pengharapan kehidupan yang lebih baik. Mantra ini menunjukkan kopi bukan hanya sebagai komoditi tananam penambah penghasilan. Melainkan sebuah ungkapan tradisi yang sudah ada semenjak jaman dulu kala. Makna filosofi begitu dalam sehingga sangat sulit dijabarkan dengan prasangka kekikinian. Masyarakat Gayo tempo dulu menyebut kopi dengan nama Siti Kewe, sebelum akhirnya datang Belanda dan penggunaan nama Kopi lumrah dipakai dimasyarakat.

Mantra ini telah menjadi saksi masyarakat Gayo dalam perjalanan sejarahnya memamerkan kedekatan dengan alam. Alam sudah menjadi sahabat serta teman yang saling bersimbiosis mutualisme sehingga pengharapan dari hasil alam bisa dinikmati menjadi sumber kehidupan.
Kopi telah menjadi bagian dari ekspresi kebudayaan masyarakat Gayo yang dihayati sangat intens, berpuluh-puluh tahun lalu pohon-pohon kopi tumbuh liar di Gayo, masyarakat Gayo klasik menyeduh daun kopi untuk diminum sebagai teh. Dimasa itu, kopi belum menjadi komoditi penting di Gayo, yang saat ini telah dikenal sebagai komoditas ekspor paling digemari di dunia (Fikar W Eda).
Berbicara masa sekarang mantra ini sudah sangat jarang dilakukan oleh masyarakat, akibat dari pengaruh jaman yang semakin berkembang. Hanya segelintir masyarakat saja yang masih membacakan matra ini. Sebelum datangnya Belanda ketanah Gayo tahun 1904 melalui ekspedisi Van Daalen untuk menerobos wilayah pedalam yang menjadi basis pertahanan terakhir para mujahidin/pejuang Aceh. Kopi sudah ada di Tanah Gayo dengan sebutan Kewe atau Kawa sehingga membuat C Snouck Hurgronje (di dalam Het Gajoland en Zijne Bewoners) terheran-heran “dari mana asalnya seorang pun tidak ada yang tahu. Sepanjang ingatan, tidak seorang pun mengaku pernah menanam kopi, dan menganggap tanaman ini sebagai tananman liar”.
Jadi persepsi yang mangatakan bahwa Belanda lah yang membawa pertama sekali kopi ke Gayo adalah salah, semenjak dulu orang Gayo sudah mengenal kopi dangan sebutan Kewe, dan daunnya hanya digunakan sebagai minuman teh. Secara histori sebelum Belanda datang kita sudah mengenal kopi/Kewe tetapi anehnya sekarang Belanda yang memiliki Hak Paten ekspor impor kopi Gayo. Benar adanya orang Gayo sudah kesamun(tidak sadar) bahwa mereka sudah dibodohi secara terang-tarangan, kita yang punya kopi orang lain yang punya Hak Paten. Ini disebabkan orang Gayo tidak memiliki sentiment kolektif dan hanya bermental budak, mudah diperalat dan mudah di jadikan bahan kepentingan orang lain.
*Penulis merupakan anggota aktif dari Komunitas Penulis Mahasiswa Gayo (KoPe Mayo)

Jumat, 29 Mei 2015



Gayo Art Women Berkhianat pada Perjuangan Mahasiswa
(Pers Realise)

Perjuangan mahasiswa yang tanpa lelah, gigih dan konsisten menentang adanya symbol-simbol kejumudhan dan kepentingan sepihak para elit di aceh, diracuni dan dkhianati oleh beberapa orang yang mencari keuntungan. Sebagai Aktivis Gayo merdeka  secara terbuka dan sadar menentang adanya acara yang akan di datangi oleh wali nanggroe. Ini jelas adalah sebuah pendzoliman terhadap kepentingan bangsa gayo yang sudah dari dahulu menentang adanya wali nanggroe. Semenjak adanya sang wali perpecahan semakin melebar terhadap sendi-sendi masyarakat di Aceh. Karena kami para mahasiswa sebagai perpanjangan tangan rakyat menganggap wali nanggroe tidak lah penting keberadaannya untuk kepentingan bangsa gayo.
Militansi kami di uji kembali oleh kawan-kawan yang berkhianat dengan mengundang wali nanggroe sebagai tamu terhormat dan istimewa dalam acara gayo art women. padahal dalam masa perjuangan aktivis mahasiswa ketika menentang qanun pengesahan wali nanggro yang absolute itu banyak mahasiswa yang  dikorbankan, pengintaian dan aksi kekerasan yang kami terima adalah resiko yang kami tanggung guna kemaslahatan rakyat gayo. Tetapi ada segelintir orang yang memanfaatkan mahasiswa yang notabeannya adalah mahasiswa kelas pemula yang tak mengerti apa-apa tetapi dipergunakan dan diperdaya guna hawa nafsu birahi perut yang menjijikkan.
Rasa terdalam dalam hati kecil menjerit-jerit ketika melihat sebuah spanduk besar yang mana terdapat gambar sang wali sebagai seorang pengayom bergandengan dengan sosok-sosok wanita yang menggunakan ciri ke khas san dari masyarakat pedalaman yang berbalut dengan pakaian keramat nan mistik yang mengandung makna filosofi kehidupan yakni kerawang.  Padahal dulu kami perjuangkan dengan menggunakan pakaian kerawang ketika menentang wali nanggroe. Dan ini adalah sebuah kejanggalan dengan pergeseren esensi perjuangan para aktivis-aktivis yang kerapkali dalam perjuangannya bercucuran keringat dan air mata dan mengorbankan nyawannya.
Gayo art momen adalah malam apresiasi terhadap seniman perempuan gayo yang berperan penting terhadap kesenian masyarakat pedalaman, secara  masyarakat awam yang peduli terhadap bangsa sendiri  sangat mendukung acara tersebut. Tetapi, orang yang selama ini kami tentang sebagai seorang wali yang tidak memberikan sedikitpun manfaat dijadikan dan dipandang sebagai orang terhormat dalam acara tersebut. Ini adalah sebuah kekeliruan dan harus diluruskan. Bahwa segenap mahasiswa dan para aktivis gayo merdeka menyetujui acara tersebut karena memberikan perhormatan kepada tokoh-tokoh emansipasi wanita gayo tetapi akan menolak apabila wali naggro didatangkan.
Dengan ini secara tergas kami sampaikan jikalau sang wali nanggroe menghadiri acara tersebut dan diwakilkan atas nama wali nanggroe, kami dari seluruh elemen mahasiswa bergandengan tangan dan maju untuk memperjuangkan kepentingan bangsa gayo supaya acara tersebut jangan sampai terlaksana.
Salam mahasiswa
Aktivis Gayo Merdeka
Yusuf Sabri

sumber: http://www.lintasgayo.com/54571/gayo-art-women-berkhianat-pada-perjuangan-mahasiswa.html