Siti Kewe: Mantra Kopi Gayo
*Oleh: Muslim Arsani
“Bismillah
Siti Kewe kunikahen ko orom kuyu
Wih kin walimu
Tanoh kin saksimu
Lo ken saksi kalammu”
Siti Kewe kunikahen ko orom kuyu
Wih kin walimu
Tanoh kin saksimu
Lo ken saksi kalammu”
(Bismilah
Siti Kawa kunikahkan engkau dengan angin
Air sebagai Walimu
Tanah sebagai Saksimu
Matahari sebagai Saksi Kalammu)
Siti Kawa kunikahkan engkau dengan angin
Air sebagai Walimu
Tanah sebagai Saksimu
Matahari sebagai Saksi Kalammu)
Merupakan mantra oleh para petani ketika menanam kopi di Dataran Tinggi Gayo. Kalimat ini adalah mantra yang di ucapkan ketika bibit-bibit kopi akan disemai untuk diharapakan menjadi sebuah pokok kopi yang kuat, yang mempunyai hasil panen melimpah serta memberikan pengharapan kehidupan yang lebih baik. Mantra ini menunjukkan kopi bukan hanya sebagai komoditi tananam penambah penghasilan. Melainkan sebuah ungkapan tradisi yang sudah ada semenjak jaman dulu kala. Makna filosofi begitu dalam sehingga sangat sulit dijabarkan dengan prasangka kekikinian. Masyarakat Gayo tempo dulu menyebut kopi dengan nama Siti Kewe, sebelum akhirnya datang Belanda dan penggunaan nama Kopi lumrah dipakai dimasyarakat.
Mantra ini telah menjadi saksi masyarakat Gayo dalam perjalanan sejarahnya memamerkan kedekatan dengan alam. Alam sudah menjadi sahabat serta teman yang saling bersimbiosis mutualisme sehingga pengharapan dari hasil alam bisa dinikmati menjadi sumber kehidupan.
Kopi telah menjadi bagian dari ekspresi kebudayaan masyarakat Gayo yang dihayati sangat intens, berpuluh-puluh tahun lalu pohon-pohon kopi tumbuh liar di Gayo, masyarakat Gayo klasik menyeduh daun kopi untuk diminum sebagai teh. Dimasa itu, kopi belum menjadi komoditi penting di Gayo, yang saat ini telah dikenal sebagai komoditas ekspor paling digemari di dunia (Fikar W Eda).
Berbicara masa sekarang mantra ini sudah sangat jarang dilakukan oleh masyarakat, akibat dari pengaruh jaman yang semakin berkembang. Hanya segelintir masyarakat saja yang masih membacakan matra ini. Sebelum datangnya Belanda ketanah Gayo tahun 1904 melalui ekspedisi Van Daalen untuk menerobos wilayah pedalam yang menjadi basis pertahanan terakhir para mujahidin/pejuang Aceh. Kopi sudah ada di Tanah Gayo dengan sebutan Kewe atau Kawa sehingga membuat C Snouck Hurgronje (di dalam Het Gajoland en Zijne Bewoners) terheran-heran “dari mana asalnya seorang pun tidak ada yang tahu. Sepanjang ingatan, tidak seorang pun mengaku pernah menanam kopi, dan menganggap tanaman ini sebagai tananman liar”.
Jadi persepsi yang mangatakan bahwa Belanda lah yang membawa pertama sekali kopi ke Gayo adalah salah, semenjak dulu orang Gayo sudah mengenal kopi dangan sebutan Kewe, dan daunnya hanya digunakan sebagai minuman teh. Secara histori sebelum Belanda datang kita sudah mengenal kopi/Kewe tetapi anehnya sekarang Belanda yang memiliki Hak Paten ekspor impor kopi Gayo. Benar adanya orang Gayo sudah kesamun(tidak sadar) bahwa mereka sudah dibodohi secara terang-tarangan, kita yang punya kopi orang lain yang punya Hak Paten. Ini disebabkan orang Gayo tidak memiliki sentiment kolektif dan hanya bermental budak, mudah diperalat dan mudah di jadikan bahan kepentingan orang lain.
*Penulis merupakan anggota aktif dari Komunitas Penulis Mahasiswa Gayo (KoPe Mayo)
Situs Judi Slot Online Terpercaya, Goyang FC
BalasHapusSitus 다 파벳 먹튀 judi slot 1xbet online terpercaya adalah permainan judi online terbaik 오공슬롯 dan terpercaya di Indonesia. 토토 하는 법 Main game dan 피나클 dapatkan jackpot hanya di