Oleh
: Muslim Arsani
Pelangi
itu sangat indah dipandang mata. Mengapa? Keindahan pelangi yang tertangkap
mata, tidak lain disebabkan oleh adanya keragaman warna yang tampil dalam
pandangan mata. Demikian itulah yang seharusnya tampil di tengah-tengah
keseharian pelajar dan mahasiswa. Keberagaman karakter dan pengalaman individu
maupun kelompok menjadi dasar munculnya warna-warna yang menyatu dalam sebuah
organisasi. Penyatuan dari keberagaman ini kemudian dikenal dengan konsepsi
nasionalisme. Dalam konsepsi ini terdapat konsep nation Indonesia, demokrasi,
unitarianisme, otonomi dan kemerdekaan.
Gerakan
mahasiswa dalam kaca mata sejarah memperlihatkan bahwa kekuatan utama kelompok
kelas menengah ini adalah jiwa idealis dan independensinya. Tidak mau
terkooptasi dengan kepentingan politik para pejabat negara. Karenanya perlu
diingat bahwa kegagalan gerakan mahasiswa selama ini adalah di karenakan oleh
birokrasi, partai politik, dan militer. Keterlibatan mereka dalam penentuan
kebijakan organisasi dapat meruntuhkan nilai-nilai moral, dan kemanusiaan
seorang mahasiswa.
Saat ini kita tengah mengalami krisis
keterbelakangan yang menyedihkan. Kita tidak lagi menjadi sosok yang menjadi
panutan terhadap sesama dan tidak memiliki elemen-elemen utama dalam membimbing
ke arah yang seharusnya benar.
Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan
sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban
oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian mahasiswa tidak bisa diartikan kata per
kata, Mahasiswa adalah Seorang agen pembawa perubahan. Menjadi seorang yang
dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh suatu masyarakat
bangsa di berbagai belahan dunia temasuk indonesia.
Kenyataan penting yang hilang dari kesadaran kita adalah
bahwa kita ini diciptakan untuk kekal, bukan diciptakan untuk menjalankan
perannya kemudian selesai sebagaimana halnya dengan manusia-manusa lain. Akan
tetapi, sayang sekali kita tidak merasakan sebagai, “kalian adalah umat terbaik
yang dilahirkan untuk manusia...” (Q.S Ali Imran : 110).
Berbicara tentang mahasiswa sekarang mereka tidak lagi
banotif terhadap fungsinya sebagai mahasiswa. Ini cendrung terlihat ketika
pergerakan digalakkan tampak jelas secara pemahaman serta kebutuhan digiring ke
arah Pragmatis dan Oportunis yang mengakibatkan pudarnya rasa Idealis.
Kebutuhan akan material adalah faktor penting tentang keberlangsungan hidup
masyarakat. Ini tercermin dengan kehidupan kita saat ini yang lebih mementingkan
kepentingan pribadi dari pada kepentingan masyarakat, sehingga berhimbas kepada
pola pikir mahasiswa yang Hedonis, Sekuler dan Pragmatis.
Senada juga apa yang di katakan oleh Praja, Pragmatis adalah
suatu pemahaman yang mengajarkan bahwa yang benar apa yang membuktikan dirinya
sebagai benar dengan perantara akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis.
Dan pemikiran ini bersedia menerima segala sesuatu, asal saja membawa akibat
praktis/keuntungan. Pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran mistis semua bisa
diterima sebagai kebenaran dan dasar tindakan asalkan membawa akibat yang
praktis yang bermanfaat. Dengan demikian, patokan pragmatis adalah “manfaat
bagi hidup praktis”.
Sudah menjadi rahasia umum dikalangan mahasiswa bahwa saat
ini pergerakan mahasiswa tidak lagi menjadi sesuatu yang benar-benar dari hati
kalaupun ada akan mejadi lemah syahwat dalam perkembangannya sehingga akan
memudarkan peran dan fungsinya sebagai mahasiswa. Ini yang salah bukanlah
mereka melainkan karena segelintir orang yang mengambil ke untungan.
Idealisme mahasiswa mulai menurun di akibatkan oleh faktor
lingkungan sekitarnya yang kebanyakan adalah mahasiswa-mahasiswa Kacang Buncis
(Pragmatis), sehingga terkontaminasi dan menjadikan dia sebagai bagian golongan
Pragmatis juga. Pandangan msyarakat, politikus, budayawan, serta tokoh politik
menganggap bahwa mahasiswa sekarang apabila di suguhkan dengan lentingan Rupiah
maka padamlah semangat untuk pergerakan sehingga layu dalam perkembangannya.
Lain halnya cerita mahasiswa yang mengambil keuntungan dari
setiap even perjuangan mahasiswa, mahasiswa ini cendrung menjual isu itu kepada
pihak yang di untungkan sehingga pergerakan itu yang semestinya benar maka
disesuaikan dengan kehendakanya yang bersifat praktis. Ini juga merupakan salah
satu elemen-elemen utama dalam memudarnya rasa idealisme mahasiswa.
Jadi bisa dikatakan saat ini Kacang Buncis (Pragmatis) bisa
mengalahkan Idealis sehingga menjerumus kepada rendahnya Integritas mahasiswa.
Berbicara tentang kualitas mahasiwa, mahasiswa sekarang nyatanya sibuk dengan
keasyikan pribadi misalnya yang tak bermanfaat bermain Foker sebagai sambilan
kesibukan kuliah bahkan lebih hebatnya lagi bermain Foker adalah segala-galanya
yang kemudian kebanyakan di antara mahasiswa yang semestinya kuliah di
Universitas asyik kuliah di warung-warung kopi ataupun di warnet. Sungguh
ironis memangnya melihat gelagak mahasiwa sekarang yang nyatanya mulai memudar
dalam memahami arti sesungguhnya sebagai mahasiswa.
Wahai mahasiswa apakah anda termasuk diantara para golongan
di atas,,, Wallahuallam
Ini adalah syair tentang kritisnya sebagai mahasiswa yang
seharusnya menjadi pegangan dalam berorientasi terhadap pergerakan dan
perjuangan sebagai HUMAN SOCIETY.
Sajak tanpa kata,
inilah kata-kata ku yang pertama, biarlah negeri ini
hancur, sebab negeri ini sudah carut marut tak karuan. Para senimannya asyik
ber onani dengan seninya. Para elit politinya ribut tak karuan. Mulutnya
berbusa, sedangkan tanganya yang hitam bergentayangan kemana saja, mereka bersilat
lidah. Menyembunyikan tangannya yang berlumur darah, dengan meminjam bait-bait
suci Tuhan.
Negeri ini sudah tak ber tuan kawan...
sebab para penguasa....!!! hanya sibuk bersuara tanpa
makna.
Karena itu...!!!
kita mesti kepalkan tinju, memukul mulut mereka yang bau, memotong
tangan mereka yang penuh dengan dosa.
Apalagi yang kalian tunggu,,!! menunggu tak akan pernah
menghasilkan apa-apa.
Selama badut-badut itu masih bisa kentut, kita pasti
akan di tikam dari belakang.
Selama badut-badut itu masih bisa bernafas, kita pasti
akan tergilas.
Mari bersama-sama kita lemparkan mereka ke kantong
sampah, kita benamkan ke lumpur hitam, agar mereka diam tak bersuara lalu mati
tak bertenaga. (Sajak Tanpa Kata_DOMPAK)