Selasa, 23 September 2014

HARAPAN


Oleh : Muslim Arsani

Angin meminta awan untuk menggeser duduknya, biar sang surya tetap menghangatkan persada. Namun awan lebih memilih menurunkan titik airnya, hingga hujan pun merintik. Awan menangis.

Angin mendesak awan agar meraib dari cakrawala, biar langit biru melapang. Namun awan menunjukkan gesekan percik apinya, maka kilat pun menyambar. Awan membakar.

Angin memohon pada awan, kalaulah bisa mengatur bongkahan dirinya. Hingga lebih nampak seperti barisan sisik ikan di batas pandang kaki langit. Tapi awan justeru berteriak, mengeluarkan gelegar aumannya, guntur pun bertalu-talu. Awan menggertak.

Sesungguhnya awan hanya berharap pada angin, agar diberi waktu sejenak untuk bertengger di cakrawala, guna menghias langit biru. Agar para penyair bergegas menulis bait, para penembang menoreh lirik, tentang harmoni kehidupan.

BUNGLON





Oleh : Muslim Arsani

Sekali waktu dikau menjadi benalu, mematikan dahan yang dililit, ranting pun mengering, kerontang rapuh, patah.

Kali lain dikau mewujud serupa burung. Bersiul dengan kicau yang memukau, melenakan penghuni semesta.

Terbangmu mengangkasa di langitbiru, dikau lupa pada benalumu itu. Dan, dikaupun bertengger pada dahan yang kering kerontang, patah pun ranting.

Sayap yang dikau pakai buat terbang melangit, terlanjur dikau buang, sebab rasa butuh akannya tak perlu lagi. Habislah manis, sepah pun dibuang.

Nasib apa yang bakal dikau jumpai, saat tak punya sayap tapi terlanjur bertengger di ranting yang rapuh, dan dalam sekejap akan patah?.

Kalut pikiran membacamu, risau hati menyukmamu, tapi apa daya, dikau menjadi benalu, meski saat lain mewujud burung, tidaklah memengaruhi lagi. Sebab benalu dan burung sama saja pada dikaumu.

BAHASA ROMAN




Jiwaku telah lama mati
Aku telah kehilangan suguhan kebenaran
Kata yang ku lontarkan penuh dengan kepiawan seorang dukun yang hanya bisa berdusta
Prilaku yang aku pamerkan seperti gaya musang yang di malam hari memangsa.

Santapan hanyalah dusta dan kemunafikan.
Aku sempat berpikir sejenak.
Apakah aku sudah hilang bahasa kebenaran
Sebaliknya apakah aku telah memakai bahasa Roman yang penuh polesan bahasa retrorika yang mengandung
kemunafikan.

Tuhan telah banyak makhluk mu di muka bumi ini telah beretrorika yang telah mengorbankan kaum tertindas
Tuhan aku telah lelah dengan bahasa kenistaan dan tunjukilah aku kejalan yang penuh hikmah
Tuhan tercapaikanlah impianku tuk berbahasa kebenaran

Sabtu, 20 September 2014

Mahasiswa Idealis VS mahasiswa Kacang Buncis (Pragmatis)


Oleh : Muslim Arsani

Pelangi itu sangat indah dipandang mata. Mengapa? Keindahan pelangi yang tertangkap mata, tidak lain disebabkan oleh adanya keragaman warna yang tampil dalam pandangan mata. Demikian itulah yang seharusnya tampil di tengah-tengah keseharian pelajar dan mahasiswa. Keberagaman karakter dan pengalaman individu maupun kelompok menjadi dasar munculnya warna-warna yang menyatu dalam sebuah organisasi. Penyatuan dari keberagaman ini kemudian dikenal dengan konsepsi nasionalisme. Dalam konsepsi ini terdapat konsep nation Indonesia, demokrasi, unitarianisme, otonomi dan kemerdekaan. 

Gerakan mahasiswa dalam kaca mata sejarah memperlihatkan bahwa kekuatan utama kelompok kelas menengah ini adalah jiwa idealis dan independensinya. Tidak mau terkooptasi dengan kepentingan politik para pejabat negara. Karenanya perlu diingat bahwa kegagalan gerakan mahasiswa selama ini adalah di karenakan oleh birokrasi, partai politik, dan militer. Keterlibatan mereka dalam penentuan kebijakan organisasi dapat meruntuhkan nilai-nilai moral, dan kemanusiaan seorang mahasiswa.
Saat ini kita tengah mengalami krisis keterbelakangan yang menyedihkan. Kita tidak lagi menjadi sosok yang menjadi panutan terhadap sesama dan tidak memiliki elemen-elemen utama dalam membimbing ke arah yang seharusnya benar.

Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian mahasiswa tidak bisa diartikan kata per kata, Mahasiswa adalah Seorang agen pembawa perubahan. Menjadi seorang yang dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh suatu masyarakat bangsa di berbagai belahan dunia temasuk indonesia.

Kenyataan penting yang hilang dari kesadaran kita adalah bahwa kita ini diciptakan untuk kekal, bukan diciptakan untuk menjalankan perannya kemudian selesai sebagaimana halnya dengan manusia-manusa lain. Akan tetapi, sayang sekali kita tidak merasakan sebagai, “kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia...” (Q.S Ali Imran : 110). 


Berbicara tentang mahasiswa sekarang mereka tidak lagi banotif terhadap fungsinya sebagai mahasiswa. Ini cendrung terlihat ketika pergerakan digalakkan tampak jelas secara pemahaman serta kebutuhan digiring ke arah Pragmatis dan Oportunis yang mengakibatkan pudarnya rasa Idealis. Kebutuhan akan material adalah faktor penting tentang keberlangsungan hidup masyarakat. Ini tercermin dengan kehidupan kita saat ini yang lebih mementingkan kepentingan pribadi dari pada kepentingan masyarakat, sehingga berhimbas kepada pola pikir mahasiswa yang Hedonis, Sekuler dan Pragmatis.
Senada juga apa yang di katakan oleh Praja, Pragmatis adalah suatu pemahaman yang mengajarkan bahwa yang benar apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantara akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Dan pemikiran ini bersedia menerima segala sesuatu, asal saja membawa akibat praktis/keuntungan. Pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran mistis semua bisa diterima sebagai kebenaran dan dasar tindakan asalkan membawa akibat yang praktis yang bermanfaat. Dengan demikian, patokan pragmatis adalah “manfaat bagi hidup praktis”.
Sudah menjadi rahasia umum dikalangan mahasiswa bahwa saat ini pergerakan mahasiswa tidak lagi menjadi sesuatu yang benar-benar dari hati kalaupun ada akan mejadi lemah syahwat dalam perkembangannya sehingga akan memudarkan peran dan fungsinya sebagai mahasiswa. Ini yang salah bukanlah mereka melainkan karena segelintir orang yang mengambil ke untungan.
Idealisme mahasiswa mulai menurun di akibatkan oleh faktor lingkungan sekitarnya yang kebanyakan adalah mahasiswa-mahasiswa Kacang Buncis (Pragmatis), sehingga terkontaminasi dan menjadikan dia sebagai bagian golongan Pragmatis juga. Pandangan msyarakat, politikus, budayawan, serta tokoh politik menganggap bahwa mahasiswa sekarang apabila di suguhkan dengan lentingan Rupiah maka padamlah semangat untuk pergerakan sehingga layu dalam perkembangannya.
Lain halnya cerita mahasiswa yang mengambil keuntungan dari setiap even perjuangan mahasiswa, mahasiswa ini cendrung menjual isu itu kepada pihak yang di untungkan sehingga pergerakan itu yang semestinya benar maka disesuaikan dengan kehendakanya yang bersifat praktis. Ini juga merupakan salah satu elemen-elemen utama dalam memudarnya rasa idealisme mahasiswa.
Jadi bisa dikatakan saat ini Kacang Buncis (Pragmatis) bisa mengalahkan Idealis sehingga menjerumus kepada rendahnya Integritas mahasiswa. Berbicara tentang kualitas mahasiwa, mahasiswa sekarang nyatanya sibuk dengan keasyikan pribadi misalnya yang tak bermanfaat bermain Foker sebagai sambilan kesibukan kuliah bahkan lebih hebatnya lagi bermain Foker adalah segala-galanya yang kemudian kebanyakan di antara mahasiswa yang semestinya kuliah di Universitas asyik kuliah di warung-warung kopi ataupun di warnet. Sungguh ironis memangnya melihat gelagak mahasiwa sekarang yang nyatanya mulai memudar dalam memahami arti sesungguhnya sebagai mahasiswa.
Wahai mahasiswa apakah anda termasuk diantara para golongan di atas,,, Wallahuallam
Ini adalah syair tentang kritisnya sebagai mahasiswa yang seharusnya menjadi pegangan dalam berorientasi terhadap pergerakan dan perjuangan sebagai HUMAN SOCIETY.
Sajak tanpa kata,
inilah kata-kata ku yang pertama, biarlah negeri ini hancur, sebab negeri ini sudah carut marut tak karuan. Para senimannya asyik ber onani dengan seninya. Para elit politinya ribut tak karuan. Mulutnya berbusa, sedangkan tanganya yang hitam bergentayangan kemana saja, mereka bersilat lidah. Menyembunyikan tangannya yang berlumur darah, dengan meminjam bait-bait suci Tuhan.
Negeri ini sudah tak ber tuan kawan...
sebab para penguasa....!!! hanya sibuk bersuara tanpa makna.
Karena itu...!!!  kita mesti kepalkan tinju, memukul mulut mereka yang bau, memotong tangan mereka yang penuh dengan dosa.
Apalagi yang kalian tunggu,,!! menunggu tak akan pernah menghasilkan apa-apa.
Selama badut-badut itu masih bisa kentut, kita pasti akan di tikam dari belakang.
Selama badut-badut itu masih bisa bernafas, kita pasti akan tergilas.
Mari bersama-sama kita lemparkan mereka ke kantong sampah, kita benamkan ke lumpur hitam, agar mereka diam tak bersuara lalu mati tak bertenaga. (Sajak Tanpa Kata_DOMPAK)