06 February 2013
Prahara Penobatan Sang Raja
Oleh: Muslim Arsani
Oleh: Muslim Arsani
Kehilangan masa lalu menjadikan kita seperti tumbuhan air yang tak memiliki akar yang menancap kuat. Juga seperti tumbuhan yang tidak membuahkan hasil. Umat yang kehilangan kejayaan, pasti kehilangan identitas. Pada saat itu masyarakat tersebut akan hidup dengan konsep-konsep instan yang menjadikan mereka sekadar meneruskan kehidupan yang tidak berarti. Hidup hanya untuk makan dan minum tanpa kesadaran dan tujuan.
Kepemimpinan
merupakan salah satu persolan urgen yang menghilang dari masyarakat kita khususnya
masyarakat gayo dewasa ini. Krisis dalam berbagai bidang yang menimpa kita
disebabkan oleh tidak adanya tujuan yang menjadi orientasi kita, yaitu tujuan
seharusnya mempersatukan rencana-rencana kita serta memberikan rasionalitas dan
keharmonisan diantara masyarakat gayo
saat ini.
Kita yakin
bahwa ada hakikat mendasar yang dilupakan banyak orang, bahwa kita dapat
membangun masayarakat yang kuat dalam semua elemennya dengan memulai
masing-masing individu. Selama kita tidak melakukan hal itu, maka esok tidak
lebih baik dari pada hari ini “tidak mempunya arti/Rugi”. Saat ini, banyak
harapan indah mengenai kepemimpinan (REJE-pen) yang menggoda khayalan serta
menggelitik perasaan, namun semua itu tidak dituangkan dalam perbuatannya.
Menyikapi
permasalahan prahara Pro dan Kontra tentang penobatan Iklil Ilyas Leube sebagai
pemimpin (Reje-pen) Linge ke-20, timbullah pertanyaan dikalangan intelektual
muda sehingga ada yang mengatakan “ilmu adalah pembendaharaan sedangkan
kuncinya adalah pertanyaan”. Pertanyaan yang mendasar adalah : Apakah
standar “Sesungguhnya orang yang
paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (kepada Kita) adalah orang yang kuat
lagi dapat dipercaya” (Q.S Al-Qashash : 26) adalah standar dasar
dari pemimpin (Reje_pen) yang dikultuskan di Buntul Linge dan dinobatkan
sebagai REJE di Gayo?
Apakah
Pemimpin (Reje-Pen) yang di nobatkan ini sudah sudah memiliki kepribadian
sebagai pemimpin ? islam sudah membangun system yang sempurna dan seimbang.
Tidak ada satu sisi yang mengalahkan sisi yang lain. Mengatur hubungan anggota
masyarakat atas dasar prinsip membangkitkan identitas, jelas adalah hak kewajiban setiap insan. Karena keperayaan
timbul karena adanya keterikatan antar sesama.
Pertanyaan
yang selanjutnya yang timbul adalah apakah pemimpin (Reje-pen) Ini sudah
mendapat kepercayaan dari khalayak ramai serta masyarakat yang berdomisli di
Dataran Tinggi Gayo Sebagai Raja?
Kepercayaan muncul karena amanah. Amanah brarti kridibel, layak mendapat
kepercayaan, mawas diri, dan memiliki inisiatif untuk melaksanakan tugas dengan
semestinya.
Selaku
masyarakat Gayo kita harus benar-benar mencermati setiap permasalahan yang muncul, Pro dan Kontra itu wajar selama
itu tidak mengakibatkan kerusakan fudamendal dalam kerangka berpikir masyarakat
sehingga sejarah tersebut tidak benar dan dibenar-benarkan oleh segelintir
orang guna kepentingan sesaat.
Nabi SAW
pernah bersabda, “Siapa saja
yang mengangkat seseorang dari suatu kaum, padahal dalam kaum itu ada yang
lebih diridhai oleh ALLAH S.W.T dari pada ia, maka sungguh ia telah menghianati
ALLAH, Rasul-Nya dan kaum Mukminin.” (HR. al-Hakim)
Para aktor
dalam penobatan ini harus benar-benar jeli dalam memonitoring setiap efek yang
ditimbulkan, reaksi dan refleksi akan bercampur baur dengan problematika tentang
perwujudan identitas masyarakat Gayo yang sedang mereka galakkan tersebut. Dan
harus mementingkan kepentingan Rakyat diatas kepentingan siapapun, termasuk
kepentingan pribadi, kepentingan keluarga , kepentingan golongan dan
kepentingan organisasi.
Seseorang
yang mengkaji dan mempelajari secara medalam dalam kehindupan pernah mengatakan
“apabila anda memberikan ikan kepada
seseorang, berarti anda memberinya makan sehari. Jika anda memberikan pancing,
berarti anda memberinya makan selama hidupnya. Jika anda mengajarinya membuat
pancing maka sesungguhnya anda memberinya kehidupan baru, bukan hanya makan.” (Stephen
Covey)
Ketika
kita hidup di zaman yang sulit, mencoba bertahan dengan sulit, bernafas dengan
sulit, mempercayai dengan sulit, memecahkan masalah dengan sulit, serta
mendidik dam belajar dengan sulit, maka ketika itu manusia akan kehilangan
identitasnya dan berjalan tak tentu arah. Dari sini harus ada pembentukan yang
istimewa untuk menyelamatkannya dari kehidupan yang sulit.. (Dr. Thariq M.as-Suwaidan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar